Asal mula nama pulau samosir _karangan dr. Sortaman Saragih
Samosir, Dalam buku “Aku Orang Simalungun”, karangan dr. Sortaman
Saragih ada menuliskan tentang asal-usul penamaan Pulau Samosir.
Syahdan, tulisannya dalam bukunya itu, terjadilah satu wabah penyakit
menular dikawasan yang sekarang disebut Simalungun. Akibat wabah
penyakit tersebut, mengakibatkan jatuhnya banyak korban.
Maka
sebagai solusinya, disepakatilah agar orang-orang yang masih hidup
untuk diseberangkan secara ‘samosir’ ke kawasan yang ada di seberang
Danau Toba. Diberangkatkan secara ‘samisir’ (samosor), artinya mereka
yang masih hidup itu dipindahkan secara serentak. Dalam Bahasa
Simalungun, arti dari kata ‘samisir’ atau ‘samosor’ adalah
berangkat(secara) serentak.
Sudah ada Pada Era Kerjaan Nagur?
Kawasan
Balige-Muara dan Pemukiman Turunan Toga Samosir, yang menjadi pintu
pertama masuk Pemerintahan Kolonial Belanda ke Samosir. (Foto: Repro
Google maps Sayangnya, bila dikaji secara mendalam atas setting
peristiwa yang dimaksudkan oleh Sortaman Saragih, maka peristiwa itu
terjadi pada era Kerajaan Nagur. Itu artinya, terjadinya peristiwa wabah
penyakit menular tadi adalah pada kurun waktu sebelum terbentuknya
Kerajaan Maropat di di kawasan yang sekarang disebut Simalungun.
Setidaknya,
itu adalah akhir tahun 1400-an atau awal tahun 1400-an. Sekarang yang
menjadi pertanyaan: Sudah adakah penamaan atas sebuah kawasan daratan di
seberang perairan Danau Toba yang sekarang disebut Pulau Samosir itu?
Bila
mempelajari sejarah terbentuknya Pulau Samosir, maka apa yang
dikisahkan dalam buku “Aku Orang Simalungun” tersebut, jawabannya adalah
tidak benar. Bahwa pada era Kerajaaan Nagur belum ada penamaan atas
daratan terhadap kawasan yang di seberang perairan Danau Toba. Seperti
telah dituliskan sebelumnya , yaitu dari buku “Sejarah Batak” karangan
Op. Buntilan, Samosir menjadi satu pulau baru terjadi sekitar tahun
1900-an. Yaitu saat Pemerintahan Kolonial Belanda mulai menggali kawasan
genting di Siogung-ogung Pangururan dengan maksud memutus gerak
Sisingamangaraja XII menuju wilayah Tele.
Penggalian
kawasan genting Siogung-ogung, sesuai buku karangan Op. Buntilan,
selesai tahun 1906. Artinya, secara defacto, kawasan samosir yang
dulunya menyatu dengan daratan Pulau Sumatera telah berubah menjadi
sebuah ‘daratan yang dikelilingi perairan’ baru dimulai tahun 1906. Atau
dengan kata lain, kawasan Samosir berubah dari status tanjung menjadi
menjadi pulauitu terjadi pada tahun 1906.
Kawasan Hunian
Turunan
Toga Samosir Dengan membandingkan tarikh tahun di atas, yaitu antara
akhir tahun 1300-an atau awal 1400-an dengan tahun 1900-an, jelaslah
bagi kita bahwa pada era Kerajaan Nagur belum ada penamaan atas Pulau
Samosir. Penamaan Pulau Samosir, berdasarkan buku “Sejarah Batak”
karangan Op. Buntilan tadi, baru dilakukan Pemerintah Kolonial Belanda
ada tahun 1908, setahun setelah mereka mengalahkan Sisingamangaraja XII
di Aek Sibulbulon, Parlilitan.
Wilayah Hunian Turunan ‘Toga Samosir’
Proses
menjadikan kata ‘samosir’ menjadi nama sebuah pulau di tengah Danau
Toba bukanlah tanpa dasar atau punya latar belakang. Pemerintah Kolonial
Belanda waktu itu, tidaklah main ujug-ujug terhadap penamaannya.
Apalagi soal-soal penamaan ini, mereka sepertinya paham betul dengan
psikologi masyarakat Batak. Karena ini menyangkut marwah sebuah kaum.
sumber: simarmata.or.id/2016/11/sortaman-saragih-bilang-nama-pulau-samosir-dari-kata-samisir
Komentar
Posting Komentar